(Copas dari milis fungsional, tepatnya dari Saudara Yepe)
Ini saya copas dari milis STAN’88.
Penulisnya adalah rekannya rekan saya, Rachmadi Murwanto, dosen STAN yang sedang ambil S3 di Aussie.
Dari tulisan ini mungkin hikmah paling bagus adalah kita jangan terlalu mudah percaya info dari media, baik itu detik.com maupun media2 lainnya (apalagi TV One dan Metro).
##
Teman-teman,STAN belum akan ditutup dalam jangka waktu dekat. Mengapa pengumuman STAN lama karena sepotong surat sederhana dari Menpan yang mempertanyakan mengapa rekrutmen D3 STAN untuk jadi PNS itu tertutup. Sesuai dengan PP yang baru (saya lupa nomornya), setiap rekrutmen PNS itu harus terbuka.Pertanyaan mendasar yang harus dijawab oleh STAN (dan juga jajaran Kemenkeu lainnya), apakah penerimaan mahasiswa STAN itu sama dengan rekrutmen pegawai? Kalau sama, kok prosedurnya berbeda dengan peraturan rekrutmen pegawai (ada psikotes dan tes kesehatan). Kalau tidak, berarti harus ada proses rekrutmen tersendiri. Ternyata, prosedur ini tidak begitu jelas. Itulah sebabnya ada perdebatan seru bagaimana prosedur ini seharusnya dilaksanakan. Karena itu, Menkeu di detik,com sempat mengatakan bahwa untuk D3 STAN sedang dalam tahap finalisasi. Finalisasi dalam arti kemungkinan besar penerimaan D3 STAN bukan semata2 penerimaan manasiswa, tetapi penerimaan CPNS.Ada faktor kedua yang belakangan mencuat tetapi itu tidak membuat proses penerimaan STAN berlarut-larut. Menkeu sempat menanyakan mengapa harus mendidik D1 dan D3. Kalau mau menerima pegawai untuk dipekerjakan D1 dan D3, buat saja seleksi terbuka, pasti banyak S1 dan bahkan S2 yang rame-rame melamar tetapi hanya akan dipekerjakan setingkat D1 dan D3. Pertanyaan sang menteri ini cukup wajar mengingat pengalamannya di sektor pemerintahan yang masih seumur jagung. Sang menteri sempat melontarkan bahwa di Mandiri saja, banyak S1 yang direkrut kemudian hanya digaji standar D3 untuk bekerja sebagai teller.
Program D1 memang sudah lama disetujui dan itu juga karena kuatnya perjuangan rekan-rekan di DJP dan DJBC yang memang punya argumentasi kuat untuk memperoleh suplai SDM setingkat D1. Sayang untuk D3 agak melempem karena mereka tidak dapat memberikan data yang cukup kuat untuk mendukung penerimaan D3. Ditambah lagi, pada unit-unit kemenkeu lain (selain DJP dan DJBC) ditengarai ada kelebihan pegawai pada level ini [ini baru dugaan lho, dan unit-unit lain ini rada melempem dalam argumentasi mereka akan kebutuhan D3]. Dua pasar terakhir D3, yaitu BPK dan BPKP, adalah unit di luar kemenkeu. Agak sulit bagi menteri yang satu ini memahami mengapa sekolahan Kemenkeu menyuplai sdm unit-unit di luar kemenkeu, tanpa ada aturan yang jelas tentang itu.Kemudian, situasi memang agak memburuk ketika ada wacana bahwa PNS sudah kelebihan. Kalau saya amati, faktor pertama yang memunculkan wacana ini adalah akibat dari proses reformasi di DJP sendiri. Modernisasi yang terjadi di DJP bila kita mau jujur adalah proses untuk menyingkirkan pegawai2 yang tidak bisa “disembuhkan” dari penyakitnya (termasuk penyakit ketidakmampuan dalam bekerja). Persoalan ini bukan cuma di DJP saja, tetapi di semua instansi pemerintah. Bagaimana menyingkirkan mereka ini ketika seluruh unit di DJP harus di”modern”kan. Wacana pensiun dini dengan “jabat tangan emas” sudah lama bergulir. Kelihatannya ada yang menggulirkan kembali wacana ini.Faktor kedua (ini dugaan juga) adalah upaya melakukan rasionalisasi anggaran. Kalau kita teliti secara mendalam, sebagian (besar) anggaran kita pemicunya adalah jumlah pegawai. Penambahan pegawai memerlukan tambahan belanja pegawai, belanja barang, pembangunan gedung, inventaris dsb. Akibatnya, sulit mengalokasikan dana untuk pembangunan infrastruktur dan layanan-layanan dasar (pendidikan dan kesehatan).
Karena itu, langkah untuk meningkatkan belanja pada sektor2 yang terakhir ini adalah dengan mengerem bahkan mengurangi alokasi anggaran yang dipicu oleh kenaikan jumlah pegawai.Lepas dari semua hal yang dikemukakan di atas, yang pasti STAN tidak akan bubar dalam waktu dekat. Bahkan STAN sebenarnya punya peluang untuk punya status yang jelas belakangan ini ketika ada terobosan untuk melakukan SKB antara Menkeu dan Mendiknas untuk membuat status STAN menjadi jelas.Hanya kemungkinan besar program D3 tidak ada untuk angkatan 2011 ini. Ada upaya terakhir yang sedang diperjuangkan akhir-akhir ini, terutama oleh Sekjen, untuk paling tidak ada beberapa kelas program D3 sehingga tidak ada angkatan yang hilang. Hasilnya saya belum tahu. Yang pasti, saya dapat informasi hari Minggu ini pejabat2 tinggi yang terkait dengan proses pengumuman penerimaan STAN sedang lembur.Semoga diskusi yang saya sampaikan bisa memberikan sedikit gambaran tentang apa yang terjadi. Bahan diskusi saya kumpulkan dari beberapa percakapan saya dengan pejabat eselon II di BPPK dan beberapa informasi tak resmi dari pegawai-pegawai tertentu yang dapat mengakses surat-surat berkaitan dengan proses penerimaan mahasiswa STAN. Mungkin Budi Setiawan yang akan meninggalkan posnya di STAN untuk ke balai diklat Manado punya informasi lebih lengkap daripada saya.
My opinion:
Memang orang miskin dilarang sekolah. STAN sebagai salah satu perguruan tinggi yang menjadi dambaan setiap pemuda pemudi, bukan hanya soal bakalan menjadi PNS setelah lulus, tapi karena kuliah STAN itu Gratis. Kampus yang telah mewujudkan mimpi teman-teman yang tidak mampu untuk bisa mengenyam pendidikan tinggi...hmm, mau kuliah mah MAHAL baik itu di PTN apalagi di Swasta, kampus ini solusinya. Kampus yang menjunjung tinggi integritas, bersih. Nasibmu kini...
Mengutip kata-kata dari seorang dosen : Sukses bukan hanya diraih di STAN, namun STAN salah satu jalan untuk meraih kesuksesan itu...
ingat D1 masih tetap ada...

